FULL DRAMA! Janji Yang Menjadi Doa Terakhir
Langit senja di Danau Xihai memerah, memantulkan sisa-sisa harapan yang sekarat di mata Lan. Gaun sutra putihnya berkibar lembut, selembut kenangan tentang janji itu. Janji yang diucapkan Jing, di bawah pohon willow yang sama, lima belas tahun lalu.
"Lan, tunggu aku. Aku akan kembali dengan kejayaan, dan melamarmu di hadapan seluruh kekaisaran."
Jing, pangeran yang ambisius namun polos, dengan senyum yang mampu melelehkan es di musim dingin. Lan, gadis desa yang sederhana, dengan hati yang penuh cinta dan kesetiaan. Mereka adalah dua sisi koin yang berbeda, namun terikat oleh benang merah takdir.
Namun, takdir memang kejam. Jing kembali bukan sebagai pahlawan, melainkan sebagai pengkhianat. Seorang kaisar yang menikahi putri dari kerajaan musuh untuk mengamankan takhta. Janji itu, bagai debu yang tertiup angin, lenyap tanpa jejak.
Lima belas tahun berlalu. Lan tetap tinggal di desa, merawat hatinya yang hancur. Setiap senja, ia datang ke Danau Xihai, berharap melihat bayangan Jing di permukaan air. Berharap ia mendengar suara Jing di desiran angin.
Hari ini, ia mendengar suara itu. Bukan suara Jing yang lembut, melainkan suara utusan kerajaan.
"Nona Lan, Kaisar Jing ingin bertemu dengan Anda segera."
Dengan langkah yang berat, Lan tiba di istana. Jing, kini duduk di atas takhta emas, tampak jauh dan asing. Matanya yang dulu penuh cinta, kini hanya memancarkan kekuasaan.
"Lan," sapanya, suaranya serak. "Aku… aku minta maaf."
Lan hanya menatapnya, tanpa kata. Semua kata telah habis. Yang tersisa hanyalah KEPAHITAN dan KEKECEWAAN.
"Aku mencintaimu, Lan. Aku selalu mencintaimu. Tapi aku harus memilih kerajaan."
Air mata Lan akhirnya jatuh, bukan karena cinta, melainkan karena KEBOHONGAN.
"Kau memilih kekuasaan, Jing. Bukan cinta. Kau memilih menghancurkan hatiku."
Jing mengulurkan tangannya, mencoba menyentuh Lan. Lan menghindar.
"Aku tahu aku tidak pantas dimaafkan. Tapi biarkan aku melakukan sesuatu untukmu. Sebutkan apa pun, Lan. Apa pun yang bisa menebus dosaku."
Lan menatap mata Jing dalam-dalam. Akhirnya, ia tersenyum. Senyum yang dingin dan mematikan.
"Aku hanya ingin satu hal, Jing. Beri aku doa terakhirmu."
Jing terdiam. Ia tahu apa yang diminta Lan. Doa terakhir seorang kaisar adalah wasiat.
"Aku… aku akan memberikan segalanya padamu, Lan."
Lan tersenyum lagi. Ia membisikkan kata-kata yang membuat Jing pucat pasi. Kata-kata yang akan mengubah sejarah kekaisaran.
"Aku ingin kau menyatakan bahwa putra mahkota yang akan menggantikanmu bukanlah putramu dengan permaisuri, melainkan anak dari seorang selir yang setia."
Mata Jing terbelalak. Itu berarti menghancurkan aliansi dengan kerajaan musuh. Itu berarti perang. Itu berarti kehancuran.
"Kau… kau meminta kematianku?"
"Tidak, Jing. Aku hanya meminta keadilan."
Jing akhirnya mengangguk. Ia mengumpulkan sisa kekuatannya dan mengumumkan wasiatnya. Setelah itu, ia jatuh pingsan.
Lan meninggalkan istana, tanpa menoleh ke belakang. Ia tahu apa yang akan terjadi. Perang, intrik, dan pertumpahan darah.
Beberapa bulan kemudian, terdengar kabar bahwa Kaisar Jing telah meninggal dunia. Kekaisaran terpecah belah. Keluarga kerajaan saling membunuh untuk memperebutkan takhta.
Lan kembali ke Danau Xihai. Ia duduk di bawah pohon willow, menatap matahari terbenam.
Mungkin ini takdir. Mungkin ini balas dendam. Mungkin ini… keduanya.
Cinta yang terkhianati melahirkan benih dendam yang abadi, sebuah warisan yang akan terus menghantui.
You Might Also Like: 0895403292432 Distributor Skincare