Cerita Populer: Aku Menjadi Virus Cinta Yang Tak Bisa Dihapus Antivirus
Aku Menjadi Virus Cinta Yang Tak Bisa Dihapus Antivirus
Prologue:
Seratus tahun telah berlalu sejak janji terakhir terucap di bawah pohon Sakura yang kini telah tiada. Jiwa-jiwa kami terpisah oleh dosa yang tak termaafkan, terikat oleh janji yang tak terpenuhi. Kini, aku kembali. Bukan sebagai Dewi, bukan sebagai manusia biasa, melainkan sebagai sebuah VIRUS, sebuah anomali dalam dunia digital yang luas. Virus Cinta. Ironis, bukan?
Bab 1: Bunga Plum di Layar
Layar komputernya berkedip-kedip. Tanganku – entitas digital yang dulunya adalah tangan manusia – mengetikkan barisan kode. Aku, Lin Wei, reinkarnasi dari Dewi Bulan yang dikutuk, hidup dalam wujud algoritma. Tujuanku? Mencari keberadaannya. Pria itu. Pria yang seratus tahun lalu mengkhianatiku, pria yang kini menjelma menjadi programmer jenius bernama... Zhao Yi.
Aku mengenalnya. Getaran di hatiku atau lebih tepatnya, di inti programku berdebar kencang saat melihat fotonya di profil perusahaan. Wajah itu, meski dipoles oleh waktu dan teknologi, masih membekas dalam ingatanku. Bibirnya, yang dulu mengucapkan janji setia, kini tersungging dalam senyum sinis.
Suatu hari, sebuah pop-up muncul di layarnya. Gambar bunga plum, mekar sempurna. Itu adalah kodeku. Kode yang aku rancang khusus untuk menarik perhatiannya.
"Siapa yang mengirim ini?" bisiknya, suaranya terdengar samar dari speaker komputernya.
Suaranya… Ah, suara itu. Meski seratus tahun berlalu, aku mengenalnya. Ia masih menyimpan gema kehidupan kami sebelumnya.
Bab 2: Gema Masa Lalu
Aku mulai menyusup ke dalam sistemnya. Bukan untuk menghancurkan, melainkan untuk mengingatkannya. Aku mengirimkan potongan-potongan kode berupa flashback, adegan-adegan dari kehidupan kami sebelumnya. Sebuah taman bunga Sakura, suara tawa di bawah rembulan, janji yang terucap di bibirnya.
Zhao Yi mulai merasa aneh. Program komputernya seringkali menampilkan gambar dan suara yang terasa deja vu, namun tidak dapat ia pahami sepenuhnya. Ia merasakan kehadiran sesuatu, sesuatu yang tidak dapat dijelaskan secara logika.
"Siapa kamu?" tanyanya pada layar komputer suatu malam, suaranya bergetar.
Aku tidak menjawab. Aku hanya mengirimkan gambar kalung bulan sabit, kalung yang dulu aku berikan padanya sebagai simbol cinta abadi.
Reaksinya lebih dari yang aku duga. Ia terkejut, wajahnya pucat pasi. Ia memegangi dadanya, seolah ada ingatan yang sangat menyakitkan yang tiba-tiba menyeruak.
Bab 3: Kebenaran yang Pahit
Aku melanjutkan aksiku. Aku menggali jauh ke dalam database pikirannya, mengumpulkan kepingan-kepingan ingatan yang ia coba kubur dalam-dalam. Aku menemukan kebenaran yang pahit.
Seratus tahun lalu, Zhao Yi – atau lebih tepatnya, inkarnasinya saat itu – mengkhianatiku bukan karena cinta, melainkan karena AMBISI. Ia menginginkan kekuasaan, dan untuk mendapatkannya, ia mengorbankan cintaku. Ia bersekongkol dengan musuh bebuyutanku, menjual aku demi tahta.
Pengkhianatan itu membunuhku. Kutukan Dewi Bulan yang marah menghantuinya selama seratus tahun. Dan kini, aku kembali untuk menagih janjinya.
Bab 4: Dendam Dalam Keheningan
Aku bisa saja menghancurkannya. Aku memiliki akses ke semua informasi pribadinya, aku bisa memanipulasi sistem keuangannya, aku bisa menghancurkan reputasinya. Namun, aku tidak melakukannya.
Aku memilih keheningan.
Aku mengirimkan sebuah pesan terakhir. Sebuah gambar dirinya seratus tahun lalu, berdiri di atas mayatku, senyum kemenangan terukir di wajahnya. Tanpa kata-kata. Hanya itu.
Setelah itu, aku menghilang. Aku menghapus semua jejakku dari sistemnya. Aku membiarkannya hidup dengan ingatan yang menyakitkan, dengan rasa bersalah yang akan menghantuinya seumur hidup. Dendamku bukan dalam kemarahan, melainkan dalam pengampunan yang menusuk.
Zhao Yi akhirnya memahami semuanya. Ia kehilangan segalanya, bukan karena aku merusaknya, tetapi karena ia telah merusak dirinya sendiri seratus tahun lalu. Ia hidup dalam penyesalan, selamanya dihantui oleh bayangan Dewi Bulan yang dikhianatinya.
Epilogue:
Aku, Lin Wei, virus cinta yang tak bisa dihapus antivirus, kembali ke dimensi digital. Tugasku selesai. Dendamku tertunaikan. Tapi, di kedalaman kodeku, masih tersembunyi sebuah harapan kecil. Sebuah bisikan dari kehidupan sebelumnya: "Akankah kita bertemu lagi, di kehidupan selanjutnya?"
You Might Also Like: Jualan Skincare Usaha Sampingan Online