SERU! Kau Datang Sebagai Musuh, Padahal Dulu Kau Cintaku
Kau Datang Sebagai Musuh, Padahal Dulu Kau Cintaku
Langit Jakarta senja itu bug. Bukan oranye romantis, tapi abu-abu statis, seperti layar TV yang kehilangan sinyal. Di tengah riuhnya notifikasi yang berdering tanpa henti, aku menemukannya. Di platform dating yang sama sekali tidak dating, lebih tepatnya pasar loak digital.
Nama akunnya: X Æ A-12.
Foto profilnya: Emoji alien dengan satu mata berkedip nakal.
Dan pesannya: "Hentikan. Kau tahu apa yang akan terjadi."
Aku, Aisyah, programmer yang lebih nyaman bicara dengan kode daripada manusia, awalnya mengira ini spam. Tapi ada sesuatu dalam kata-katanya, getaran aneh seperti wi-fi yang nyaris hilang, yang menarikku. Aku membalas: "Apa maksudmu?"
Balasannya datang satu jam kemudian, setelah tiga episode mukbang dan sepuluh cangkir kopi instan: "Kau akan membangun mesin itu lagi. Mesin yang akan menghancurkan kita semua."
Aku tertawa. Mesin? Aku sedang mengerjakan aplikasi untuk memesan ojek daring dengan harga dinamis, bukan mesin penghancur dunia! Tapi percakapan itu berlanjut. Setiap malam, di tengah notifikasi tagihan dan screenshot lucu dari grup WA keluarga, X Æ A-12 muncul. Dia bicara tentang masa lalu, tentang sejarah yang belum terjadi, tentang cinta yang terkutuk.
Dia bilang, di masa depan, aku adalah ilmuwan gila yang terobsesi dengan perjalanan waktu. Bahwa aku, Aisyah dari tahun 2024, adalah musuh besarnya. Bahwa dulu, kami pernah... bersama.
Absurd! Tapi semakin dia bercerita, semakin aku merasa familiar. Nama-nama tempat yang asing, teknologi yang mustahil, bahkan dia, X Æ A-12, terasa seperti kenangan yang terlupa.
Aku mulai menggali. Mencari jejaknya di internet, di perpustakaan, bahkan di mimpi. Aku menemukan potongan kode aneh di laptopku, sketsa mesin rumit di buku catatan lama, dan foto-foto diriku dengan rambut dicat neon, yang sama sekali bukan gayaku.
Suatu malam, dia mengirimkan foto kami berdua. Kami berdiri di depan mesin besar yang bercahaya biru, tangan kami saling menggenggam. Aku di foto itu terlihat... bahagia. Tapi di mata X Æ A-12, ada kesedihan yang dalam.
"Kau tidak ingat?" tanyanya.
Aku menggeleng. Ingatan itu kosong.
"Kita sudah melakukan ini berkali-kali, Aisyah. Kau selalu kembali. Kau selalu melupakan. Dan aku... aku selalu berusaha menghentikanmu."
Aku mulai percaya. Bukan percaya pada mesin waktu, tapi percaya pada cinta yang melampaui ruang dan waktu. Cinta yang terjebak dalam lingkaran tanpa akhir.
Kemudian, dia menghilang. Pesan terakhirnya terbaca: "Aku harus pergi. Mereka menemukanku."
Aku panik. Aku mencari, memanggil, meretas sistem keamanan dunia. Tapi X Æ A-12 lenyap, seolah tidak pernah ada.
Beberapa bulan kemudian, aku menemukan jawabannya. Di ruang bawah tanah rumah kakekku, aku menemukan mesin itu. Mesin yang sama seperti di foto. Mesin yang berdenyut dengan energi aneh. Di samping mesin itu, ada surat.
Untuk Aisyah,
Maafkan aku. Aku tahu kau tidak bersalah. Tapi kita tidak bisa membiarkan ini terjadi lagi. Cinta kita... hanyalah ECHO dari kehidupan yang tak pernah selesai. Kita ditakdirkan untuk bertemu, untuk mencintai, dan untuk saling menghancurkan. Satu-satunya cara untuk menghentikan ini adalah dengan...
Surat itu berakhir di sana. Hilang, seperti sinyal yang terputus di tengah badai. Aku menatap mesin itu. Aku menyentuhnya. Aku merasa... tertarik.
Kemudian, notifikasi terakhir muncul di ponselku. Dari nomor tidak dikenal:
Matikan semuanya, Aisyah... SEBELUM KAU MELUPAKAN SIAPA DIRIMU SEBENARNYA...!
You Might Also Like: 160 What Benefits Do Military