Cerita Populer: Aku Membeli Restoran Tempatmu Bekerja, Padahal Hanya Ingin Melihatmu Tiap Pagi
Kisah Cinta Seratus Tahun: Aroma Bunga Plum di Restoran Pagi
Bab 1: Pertemuan yang Sudah Ditakdirkan
Aroma kopi pagi dan harum bunga plum menyambut Jian, pria muda tampan dengan tatapan dingin namun menyimpan kerinduan yang dalam. Ia berdiri di depan sebuah restoran kecil bernama "Senyum Pagi". Restoran itu sederhana, namun entah mengapa, Jian merasa tertarik yang tak bisa dijelaskan.
Bukan makanannya yang ia cari. Bukan pula suasananya. Tapi DIA.
Di balik meja kasir, seorang gadis bernama Mei Lian melayani pelanggan dengan senyum tulus. Senyum itu... senyum itu. Jian merasa jantungnya berdebar kencang, seolah mengenali senyum itu dari kehidupan yang sangat, sangat jauh.
"Selamat pagi, Tuan. Mau pesan apa?" Suara Mei Lian membuyarkan lamunan Jian. Suara itu... Ya Tuhan, suara itu!
Jian tidak menjawab. Ia hanya menatap Mei Lian lekat-lekat. Ada kilatan aneh di matanya, kilatan yang membuat Mei Lian sedikit tidak nyaman.
Keesokan harinya, Jian kembali. Dan kembali lagi. Setiap pagi, ia hanya duduk di sudut restoran, memesan secangkir kopi pahit, dan memperhatikan Mei Lian. Tatapannya intens, namun tidak mengancam. Hanya... merindukan.
Bab 2: Lelang yang Mengubah Segalanya
Berita tentang restoran "Senyum Pagi" yang akan dilelang terdengar sampai ke telinga Jian. Tanpa ragu, ia ikut lelang dan memenangkannya dengan harga yang fantastis. Orang-orang bertanya-tanya, mengapa seorang pengusaha muda sukses seperti Jian tertarik pada restoran kecil yang hampir bangkrut?
Rahasia Jian sederhana: Ia ingin berada dekat dengan Mei Lian. Ia ingin melihat senyum itu setiap pagi. Ia ingin mencari tahu, mengapa jiwanya begitu terpaut dengan gadis ini.
"Maafkan saya, Nona Mei Lian. Restoran ini sekarang milik saya." Ucap Jian dengan nada menyesal, seolah ia telah melakukan kesalahan besar.
Mei Lian terkejut, namun ia tidak marah. Ia hanya menunduk dan berkata lirih, "Semoga Anda sukses, Tuan Jian."
Bab 3: Bisikan dari Masa Lalu
Jian mempertahankan Mei Lian sebagai karyawannya. Ia bahkan menawarkan posisi yang lebih baik, dengan gaji yang jauh lebih tinggi. Namun Mei Lian menolak. Ia hanya ingin tetap menjadi pelayan di restoran itu.
Lambat laun, percakapan mereka mulai terjalin. Jian sering bertanya tentang mimpi Mei Lian, tentang keluarganya, tentang masa lalunya. Namun Mei Lian selalu menjawab dengan singkat dan hati-hati.
Suatu malam, Jian bermimpi aneh. Ia melihat dirinya seratus tahun yang lalu, seorang jenderal perang yang jatuh cinta pada seorang gadis desa bernama... Lan Mei. Gadis itu dituduh sebagai mata-mata musuh dan dijatuhi hukuman mati. Jenderal itu, yang seharusnya melindunginya, justru mengkhianatinya karena ambisi dan kekuasaan.
Sebelum meninggal, Lan Mei bersumpah: "Jiwa kita akan bertemu kembali. Tapi cinta kita akan terkutuk sampai dosa ini tertebus!"
Jian terbangun dengan keringat dingin. Mimpi itu terasa begitu nyata, begitu mengerikan. Ia tahu, Mei Lian adalah reinkarnasi dari Lan Mei. Dan dirinya... adalah jenderal pengecut yang menghancurkan hidupnya.
Bab 4: Kebenaran yang Membekukan Hati
Jian memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang masa lalu mereka. Ia mengunjungi perpustakaan kuno, mencari catatan sejarah tentang jenderal perang dan gadis desa bernama Lan Mei. Semakin ia mencari, semakin jelas kebenaran yang menyakitkan.
Jenderal itu bukan hanya mengkhianati Lan Mei, tapi ia juga menjualnya kepada musuh demi kekuasaan. Lan Mei disiksa dan dibunuh dengan kejam. Jenderal itu kemudian menjadi raja yang kejam dan tirani, sebelum akhirnya dibunuh oleh rakyatnya sendiri.
Jian merasa hancur. Ia tidak tahu bagaimana cara menebus dosanya. Ia tidak tahu bagaimana cara meminta maaf kepada Mei Lian.
Bab 5: Dendam dalam Keheningan
Jian memutuskan untuk menghadapi Mei Lian dengan kebenaran. Ia menceritakan semua yang ia ketahui tentang masa lalu mereka. Ia memohon ampun dan berjanji akan melakukan apa saja untuk menebus dosanya.
Mei Lian hanya mendengarkan dengan tenang. Tanpa emosi. Tanpa amarah. Setelah Jian selesai berbicara, ia menatap Jian dengan tatapan kosong dan berkata, "Saya tahu."
Kemudian, ia berbalik dan pergi. Meninggalkan Jian sendirian dengan penyesalannya.
Beberapa hari kemudian, Mei Lian mengundurkan diri dari restoran. Ia pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Jian tidak pernah melihat Mei Lian lagi. Ia terus menjalankan restoran "Senyum Pagi", berharap suatu hari nanti Mei Lian akan kembali. Namun ia tahu, dendam Lan Mei tidak akan pernah terbalaskan dengan kemarahan atau teriakan. Tapi dengan keheningan dan pengampunan yang menusuk.
Epilog
Jian berdiri di depan makam Lan Mei. Bunga plum bermekaran di sekelilingnya. Ia berlutut dan meneteskan air mata.
"Maafkan aku, Lan Mei. Maafkan aku..."
Angin berhembus pelan, membawa bisikan dari masa lalu: "Jangan lupakan janjimu… Bunga plum akan mekar lagi…"
You Might Also Like: Peluang Bisnis Skincare Passive Income