Kisah Populer: Aku Menyuruhmu Berhenti Menatapku, Tapi Diam-diam Berharap Kau Terus Melakukannya
Senyum Embun, Luka Berduri: Aku Menyuruhmu Berhenti Menatapku, Tapi Diam-Diam Berharap Kau Terus Melakukannya
Embun pagi merayap di kelopak mawar, selembut sentuhan jari Giok Lan di atas piano. Namun, di balik kelembutan itu, tersimpan duri yang siap melukai. Giok Lan, dengan gaun sutra putihnya yang selalu bersih, adalah perwujudan keanggunan. Ia adalah kebohongan yang hidup, bernapas, dan tersenyum di tengah keluarga Wang yang kaya raya.
Dia tahu. Dia tahu bahwa di balik pujian dan hadiah mewah, tersembunyi rahasia kelam yang telah mengikatnya selama bertahun-tahun. Rahasia tentang bagaimana ia bisa berada di tengah keluarga Wang, menggantikan anak kandung mereka yang hilang.
Kemudian hadirlah Wang Zihao, putra tunggal keluarga Wang. Matanya setajam elang, selalu menatap Giok Lan dengan intensitas yang membuat bulu kuduknya meremang. "Berhenti menatapku," bisik Giok Lan suatu malam di taman bunga. Suaranya hanya sedikit lebih keras dari desiran angin.
Zihao hanya tersenyum miring. "Kenapa? Apa kau takut aku melihat apa yang kau sembunyikan?"
Giok Lan membeku. Zihao, dengan segala ketampanan dan kecerdasannya, adalah ancaman nyata. Ia adalah kebenaran yang mencarinya, yang siap menghancurkan istana pasir yang telah dibangun Giok Lan dengan susah payah.
Hari-hari berlalu dengan tensi yang semakin meningkat. Zihao terus mengorek masa lalu Giok Lan, menemukan serpihan demi serpihan keanehan. Setiap pertanyaan yang ia ajukan seperti tusukan jarum di kulit Giok Lan, menyakitkan namun tak mematikan. Belum.
Giok Lan mencoba menjauhi Zihao, namun ia selalu ada di dekatnya. Di pesta dansa, di upacara keluarga, bahkan dalam mimpi-mimpinya yang paling gelap. Tatapan Zihao membakar, menghakimi, namun juga…merindu? Giok Lan menyadari kebenaran pahit: ia membenci Zihao karena ia tahu, tapi ia menginginkannya untuk terus melihatnya. Karena, mungkin, hanya di mata Zihao ia merasa benar-benar hidup.
Puncaknya terjadi saat perayaan ulang tahun pernikahan keluarga Wang. Zihao membawakan sebuah kotak musik antik, yang ketika dibuka, memainkan melodi yang sama dengan lagu pengantar tidur yang sering dinyanyikan ibu kandung Giok Lan.
Zihao menatap Giok Lan, matanya berkilat. "Kau tahu lagu ini, bukan?"
Giok Lan terdiam. Semua mata tertuju padanya. Di dalam kotak musik itu, terukir nama seorang anak perempuan yang hilang bertahun-tahun lalu. Nama yang sangat mirip dengan nama yang pernah ia gunakan.
RAHASIA TERBONGKAR!
Air mata mengalir di pipi Giok Lan. Ia mengaku. Ia menceritakan semuanya, bagaimana ia ditemukan oleh pelayan keluarga Wang saat masih kecil, bagaimana ia menggantikan anak yang hilang, bagaimana ia hidup dalam kebohongan selama bertahun-tahun.
Keluarga Wang terpukul. Amarah, kekecewaan, dan kesedihan bercampur menjadi satu. Zihao, meski terlihat tenang, matanya menyimpan badai yang dahsyat.
Beberapa bulan kemudian, Giok Lan menghilang. Tidak ada yang tahu kemana ia pergi. Keluarga Wang mencoba mencarinya, namun sia-sia.
Zihao, kini mewarisi seluruh kekayaan keluarga, melanjutkan hidupnya. Namun, ia tidak pernah benar-benar melupakan Giok Lan. Ia sering mengunjungi taman bunga di rumah mereka, tempat Giok Lan dulu sering bermain piano.
Suatu hari, ia menemukan sebuah amplop di bawah mawar putih. Di dalamnya, hanya ada sehelai kertas bertuliskan satu kalimat:
"Aku memberimu kebenaran yang kau inginkan, Zihao. Nikmatilah kebebasanmu."
Zihao tersenyum. Senyum yang dingin, hampa, dan penuh dengan perpisahan. Balas dendam Giok Lan sempurna. Ia telah menghancurkan hati Zihao dengan memberikan apa yang sangat ia inginkan: kebenaran. Dan Zihao tahu, ia tidak akan pernah bisa benar-benar bahagia.
Giok Lan telah memenangkan permainan ini.
Apakah kebebasan itu benar-benar kebebasan jika hati masih terikat pada masa lalu?
You Might Also Like: Crepe Erase Advanced Body Face System 5